Senin, 15 April 2013

pengetahuan

Mengapa kita gagal gadis Afrika

Putri Kasune Zulu terinfeksi HIV dan telah kehilangan kedua orang tuanya untuk AIDS. Dia bekerja dan kampanye untuk orang yang terinfeksi HIV / AIDS di Afrika melalui lembaga bantuan dan pengembangan World Vision. Di sini ia berpendapat bahwa kita gagal generasi perempuan yang sekarang berada pada garis depan pandemi.


Afrika dalam cengkeraman kematian HIV / Aids dan generasi gadis Afrika berdiri di garis depan pembunuhan itu.

Di negara-negara paling parah terkena dampak HIV / AIDS, anak perempuan dan perempuan yang terinfeksi pada tingkat lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki dan laki-laki - dalam beberapa kelompok usia, sampai lima kali lebih tinggi.

Sebagai seorang wanita muda Zambia hidup dengan HIV, yang telah kehilangan kedua orang tuanya untuk AIDS dan bekerja dengan orang-orang yang terkena penyakit, penderitaan para gadis dan kerentanan lanjutan mereka menyedihkan bagi saya.

Laporan tahunan UNAids terbaru hanya memastikan apa yang kita ketahui - Aids epidemi perempuan.

Ada 39,4 juta orang yang hidup dengan HIV di seluruh dunia - dan semakin, mereka menjadi baru terinfeksi adalah perempuan.

Meskipun ada bukti bahwa perempuan lebih biologis rentan terhadap infeksi, ada norma-norma budaya yang sangat meningkatkan resiko infeksi.

Walaupun telah terjadi revolusi pendidikan di banyak negara tentang bahaya Aids, ada bukti bahwa bahkan ketika anak perempuan sadar akan risiko, sering kali tidak sedikit untuk mengurangi kerentanan mereka.


Ketidaksetaraan gender

Hal ini menyebabkan anomali mengkhawatirkan World Vision untuk penelitian pilot di dua negara Afrika, Tanzania dan Zambia, untuk menemukan upaya mengapa global untuk meningkatkan kesadaran gagal untuk melindungi wanita dari HIV / Aids.

Di Tanzania, tingkat prevalensi bagi gadis berusia 15 sampai 19 lebih dari tiga kali lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki, dan di Zambia, itu masih lebih tinggi.


Untuk melindungi perempuan, perdebatan harus diperluas untuk mengatasi ketidaksetaraan gender, praktek-praktek budaya yang berbahaya, diskriminasi dan kekerasan seksual


Penelitian ini menemukan bahwa ABC (Pantang, Jadilah Kondom setia dan menggunakan) strategi - yang merupakan landasan HIV / upaya pencegahan AIDS di banyak negara - tidak melindungi gadis-gadis dan perempuan.
Hal ini telah gagal karena mereka tidak diizinkan oleh orang-orang untuk berlatih strategi ini.

Untuk memerangi AIDS berhasil dan untuk melindungi perempuan, perdebatan harus diperluas untuk menangani masalah-masalah ketidaksetaraan gender, praktek-praktek budaya yang berbahaya, diskriminasi dan kekerasan seksual.

Pada tahun 2005, pemerintah harus memiliki strategi di tempat untuk melindungi hak-hak asasi perempuan dan mengurangi kerentanan mereka terhadap HIV / AIDS dengan menghilangkan pelecehan, pemerkosaan, dan perdagangan perempuan.

Ini adalah target yang ditetapkan kembali pada tahun 2001 oleh PBB. Namun sedikit kemajuan yang telah dibuat di negara-negara di mana hal tersebut sangat sangat dibutuhkan.


Strategi Pencegahan

Eksploitasi seksual perempuan merupakan faktor signifikan dalam kerentanan mereka terhadap HIV / Aids. Anak perempuan yang yatim atau yang merawat orang tua yang hidup dengan Aids sering bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga mereka.


Dalam banyak kasus perempuan terlibat dalam "seks kelangsungan hidup" untuk mendapatkan uang atau kebutuhan seperti bahan makanan dan sekolah. Unicef memperkirakan ada sekarang 12,3 juta anak yatim akibat AIDS di sub-Sahara Afrika.
Faktor lain mengalikan risiko untuk anak perempuan adalah perkosaan perawan oleh beberapa laki-laki HIV-positif yang percaya bahwa ini akan menyembuhkan mereka dari Aids.

Dalam konteks budaya di mana perempuan adalah laki-laki sebagian besar monogami tapi banyak yang tidak, dan di mana gadis kecil berkata dalam bagaimana dan kapan mereka akan melakukan seks, ketergantungan pada kondom sebagai tindakan pencegahan tidak cukup untuk mengurangi kerentanan mereka.

Pada malam Hari AIDS Dunia, kita harus mengkaji ulang strategi pencegahan kami dan memastikan mereka mencakup langkah-langkah untuk memperluas kebebasan gadis dan perempuan untuk menegosiasikan aktivitas seksual mereka, dan anak laki-laki dan laki-laki terlibat dalam diskusi tentang asumsi mereka tentang peran gender mereka sendiri. (BBC News)
LINGKUP PROMOSI KESEHATAN TERHADAP REMAJA

Lingkup promosi kesehatan terhadap remaja meliputi gizi/nutrisi, sosialisasi, pendidikan kesehatan, pergaulan, sexualitas dan kemandirian.
Pembinaan remaja terutama wanitanya, tidak hanya ditujukan semata kepada masalah gangguan kesehatan (penyakit sistem reproduksi). Faktor perkembangan psikologis dan sosial perlu diperhatikan dalam membina kesehatan remaja.
Remaja yang tumbuh berkembang secara biologis diikuti oleh perkembangan pskologis dan sosialnya. Alam dan pikiran remaja perlu diketahui. Remaja yang berjiwa muda memiliki sifat menantang sesuatu yang dianggap kaku dan kolot serta ingin akan kebebasan dapat menimbulkan konflik di dalam diri mereka. Pendekatan keremajaan di dalam membina kesehatan diperlukan. Penyampaian pesan kesehatan dilakukan melalui bahasa remaja. Bimbingan kepada remaja antara lain mencakup perkawinan yang sehat, keluarga yang sehat, sistem reproduksi dan masalahnya, sikap dan perilaku remaja yang positif dan sebagainya.


LINGKUP PROMOSI KESEHATAN TERHADAP IBU HAMIL

Lingkup promosi kesehatan terhadap ibu hamil meliputi lingkup fisik dan psikologis. Lingkup fisik meliputi gizi, oksigen, personal hygiene, pakaian, eliminasi, sexual, mobilisasi, body mekanik, exercise/senam hamil, istirahat, imunisasi, traveling, persiapan laktasi, ersiapan persalinan dan kelahiran, kesejahteraan janin, ketidaknyamanan, pendidikan kesehatan dan pekerjaan. Lingkup psikologis meliputi Support keluarga, support tenaga kesehatan, rasa aman dan nyaman, persiapan menjadi orang tua, dan persiapan sibling.
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian lagi menganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentuka kehidupan selanjutnya. Bahkan sebagian ibu hamil merasa cemas, panik yang bisa berujung pada depresi berat.
Dukungan psikologis dan perhatian akan memberi dampak terhadap pola kehidupan sosial (keharmonisan, penghargaan, pengorbanan, kasih sayang dan empati) pada wanita hamil dan aspek teknis, dapat mengurangi aspek sumber daya (tenaga ahli, cara penyelesaian persalinan normal, akselerasi, kendali nyeri dan asuhan kebidanan). Hal-hal tersebut dapat dilakukan oleh suami bersama keluarga ibu atau bidan sebagai tenaga kesehatan melalui promosi kesehatan.
LINGKUP PROMOSI KESEHATAN TERHADAP IBU NIFAS

Lingkup promosi kesehatan terhadap ibu nifas meliputi nutrisi dan cairan, ambulasi, eliminasi, kebersihan diri dan bayi, istirahat, sexual, latihan/senam nifas, tanda bahaya, keluarga Berencana dan pemberian ASI.
Bidan tetap mendampingi ibu selama 2 jam setelah pesalinan. Dalam masa nifas bidan dianjurkan untuk menanyakan tentang perasaan ibu. Biasanya ibu merasa capek dan lemas. Ibu dan bayi diberikan kesempatan untuk beristirahat. Saat ibu masih merasa lemas, promosi kesehatan dapat diberikan melalui keluarga ibu nifas, misanya keluarga pasien diberitahukan bawa ibu boleh minum dan makan ringan setiap waktu, bangun bila mau kencing dan sebagainya.
Baru setelah ibu merasa lebih baik dan bersedia diberikan pendidikan kesehatan, bidan diperkenankan untuk memberikan pendidikan kesehatan. Itupun sedikit demi sedikit sesuai kemampuan ibu. Pendidikan kesehatan yang diberikan misalnya setelah melahirkan ibu boleh makan seperti biasa, setiap hari minum air putih minimal 8 gelas, ibu diajari cara menyusui dan perawatan payudara, gizi ibu nifas dan sebagainya. Diharapkan dengan memberikan promosi kesehatan pada ibu nifas, ibu nifas dapat menghadapi masa nifas dengan baik dan normal.
PROMOSI KESEHATAN

Kesehatan merupakan kebutuhan dengan hak setiap insan agar dapat kemampuan yang melekat dalam diri setiap insan. Hal ini hanya dapat dicapai bila masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, berperan serta untuk meningkatkan kemampuan hidup sehatnya.
Kemandirian masyarakat diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatannya dan menjalankan upaya peecahannya sendiri adalah kelangsungan pembangunan. GBHN mengamanatkan agar dapat dikembangkan suatu sistem kesehatan nasional yang semakin mendorong peningkatan peran serta masyarakat.
Kemampuan masyarakat perlu ditingkatkan terus menerus untuk menolong dirinya sendiri dalam mengatasi masalah kesehatan. Kegiatan pembinaan yang di lakukan oleh bidan sendiri antara lain mempromosikan kesehatan dalam pelayanan agar peran serta ibu, remaja, wanita, keluarga dan kelompok masyarakat di dalam upaya kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana meningkat. Ini sebagai bagian dari upaya kesehatan masyarakat.
Upaya promosi kesehatan dalam pelayanan kebidanan meliputi :
A. Upaya Promotif.
Adalah upaya promosi kesehatan yang ditujukan untuk meningkatkan status/ derajad kesehatan yang optimal. Sasarannya adalah kelompok orang sehat. Tujuan upaya promotif adalah agar masyarakat mampu meningkatkan kesehatannya, kelompok orang sehat meningkat dan kelompok orang sakit menurun. Bentuk kegiatannya adalah pendidikan kesehatan tentang cara memelihara kesehatan.
B. Upaya Preventif
Adalah upaya promosi kesehatan untuk mencegah terjadinya penyakit. Sasarannya adalah kelompok orang resiko tinggi. Tujuannya untuk mencegah kelompok resiko tinggi agar tidak jatuh/ menjadi sakit (primary prevention). Bentuk kegiatannya adalah imunisasi, pemeriksaan antenatal care, postnatal care, perinatal dan neonatal.
C. Upaya Kuratif
Adalah upaya promosi kesehatan untuk mencegah penyakit menjadi lebih parah melalui pengobatan. Sasarannya adalah kelompok orang sakit (pasien) terutama penyakit kronis. Tujuannya kelompok ini mampu mencegah penyakit tersebut tidak lebih parah (secondary prevention). Bentuk kegiatannya adalah pengobatan.
D. Upaya Rehabilitatif
Adalah upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan memulihkan kondisi/ mencegah kecacatan. Sasarannya adalah kelompok orang yang baru sembuh dari penyakit. Tujuannya adalah pemulihan dan pencegahan kecacatan (tertiary prevention).

A. PROMOSI KESEHATAN PRANIKAH
Promosi kesehatan pranikah merupakan suatu proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya yang ditujukan pada masyarakat reproduktip pranikah.
Pelayanan kebidanan diawali dengan pemeliharaan kesehatan para calon ibu. Remaja wanita yang akan memasuki jenjang perkawinan perlu dijaga kondisi kesehatannya. Kepada para remaja di beri pengertian tentang hubungan seksual yang sehat, kesiapan mental dalam menghadapi kehamilan dan pengetahuan tentang proses kehamilan dan persalinan, pemeliharaan kesehatan dalam masa pra dan pasca kehamilan.
Promosi kesehatan pada masa pra kehamilan disampaikan kepada kelompok remaja wanita atau pada wanita yang akan menikah. Penyampaian nasehat tentang kesehatan pada masa pranikah ini disesuaikan dengan tingkat intelektual para calon ibu. Nasehat yang di berikan menggunakan bahasa yang mudah di mengerti karena informasi yang di berikan bersifat pribadi dan sensitif.
Remaja calon ibu yang mengalami masalah kesehatan akibat gangguan sistem reproduksinya segera di tangani. Gangguan sistem reproduksi tidak berdiri sendiri. Gangguan tersebut dapat berpengaruh terhadap kondisi psikologi dan lingkungan sosial remaja itu sendiri. Bila masalah kesehatan remaja tersebut sangat komplek, perlu dikonsultasikan keahli yang relevan atau dirujuk ke unit pelayanan kesehatan yang pasilitas pelayanannya lebih lengkap. Faktor keluarga juga turut mempengaruhi kondisi kesehatah para remaja yang akan memasuki pintu gerbang pernikahan. Bidan dapat menggunakan pengaruh keluarga untuk memperkuat mental remaja dalam memasuki masa perkawianan dan kehamilan.
Pemeriksaan kesehatan bagi remaja yang akan menikah di anjurkan. Tujuan dari pemeriksaan tersebut adalah untuk mengetahui secara dini tentang kondisi kesehatan para remaja. Bila di temukan penyakit atau kelainan di dalam diri remaja, maka tindakan pengobatan dapat segera dilakukan. Bila penyakit atau kelainan tersebut tidak diatasi maka di upayakan agar remaja tersebut berupaya untuk menjaga agar masalahnya tidak bertambah berat atau menular kepada pasangannya. Misalnya remaja yang menderita penyakit jantung, bila hamil secara teratur harus memeriksakan kesehatannya kepada dokter. Remaja yang menderita AIDS harus menjaga pasanganya agar tidak terkena virus HIV. Caranya adalah agar menggunakan kondom saat besrsenggama, bila menikah. Upaya pemeliharaan kesehatan bagi para calon ibu ini dapat dilakukan melalui kelompok atau kumpulan para remaja seperti karang taruna, pramuka, organisaai wanita remaja dan sebagainya. Para remaja yang terhimpu di dalam organisasi masyarakat perlu diorganisasikan agar pelayanan kesehatan dan kesiapan dalam menghadapi untuk menjadi istri dapat di lakukan dengan baik.
Pembinaan kesehatan remaja terutama wanitanya, tidak hanya ditujukan semata kepada masalah gangguan kesehatan (penyakit sistem reproduksi). Fakta perkembangan psikologis dan sosial perlu diperhatikan dalam membina kesehatan remaja.
Remaja yang tumbuh kembang secara biologis diikuti oleh perkembangan psikologis dan sosialnya. Alam dan pikiran remaja perlu diketahui. Remaja yang berjiwa muda memiliki sifat menantang, sesuatu yang dianggap kaku dan kolot serta ingin akan kebebasan dapat menimbulkan konflik di dalam diri mereka. Pendekatan keremajaan di dalam membina kesehatan diperlukan. Penyampaian pesan kesehatan dilakukan melalui bahasa remaja. Bimbingan terhadap remaja antara lain mencakup :
1. Perkawinan yang sehat
Bagaimana mempersiapkan diri ditinjau dari sudut kesehatan , menghadapi perkawinan, disampaikan kepada remaja. Pekawinan bukan hanya sekedar hubungan antara suami dan istri. Perkawinan memberikan buah untuk menghasilkan turunan. Bayi yang dilahirkan juga adalah bayi yang sehat dan direncanakan.
2. Keluarga yang sehat
Kepada remaja disampaikan tentang keluarga sehat dan cara mewujudkan serta membinanya. Keluaga yang diidamkan adalah kelurga yang memiliki norma keluaga kecil, bahagia dan sejahtera. Jumlah keluaga yang ideal adalah suami, istri dan 2 anak. Keluarga bahagia adalah keluarga yang aman, tentram disertai rasa ketakwaan kepada Tuhan YME. Keluarga sejahtera adalah keluarga yang sosial ekonominya mendukung kehidupan anggota keluarganya.dan mampu menabung untuk persiapan masa depan. Selain itu keluarga sejahtera juga dapat membantu dan mendorong peningkatan taraf hidup keluarga lain.
3. Sistem reproduksi dan masalahnya
Tidak semua remaja mmemahami sistem reproduksi manusia. Membicarakan sistem reproduksi dianggap tabu dibeberapa kalangan remaja. Perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi pada masa kehamilan, persalinan, pasca persalinan dijelaskan.Penjelasan juga diberikan mengenai perawatan bayi. Gangguan sistem reproduksi yang dijelaskan seperti gangguan menstruasi, kelainan sistem reproduksi dan penyakit. Penyakit sistem reproduksi yang dimaksud seperti penyakit-penyakiit hubungan seksual, HIV /AIDS dan tumor.
4. Penyakit yang berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan atau sebaliknya.
Remaja yang siap sebagai ibu harus dapat mengetahui penyakit- penyakit yang memberatkan kehamilan atau persalinan atau juga penyakit yang akan membahayakan dalam masa kehamilan atau persalianan. Penyakit-penyakit tersebut perlu dijelaskan.
Penyakit yang perlu dan penting dijelaskan sewaktu mengadakan bimbingan antara lain penyakit jantung, penyakit ginjal, hipertensi, DM, anemia, tumor.
5. Sikap dan perilaku pada masa kehamilan dan persalinan
Perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi pada masa kehamilan dan persalinan. Akibat perubahan sikap dan perilaku akan mengganggu kesehatan, misalnya pada masa hamil muda terjadi gangguan psikologi misalnya benci terhadap seseorang (suami) atau benda tertentu. Emosi yang berlebihan dimungkinkan akibat perubahan perilaku. Pada masa persalinan atau pasca persalinan gangguan jiwa mungkin terjadi.
Disamping hal tersebut diatas masih ada lagi permasalahn remaja dan dikaitkan dengan kesehatan keluarga. Bidan harus dapat memberikan bimbingan sewaktu remaja berkonsultasi atau memberikan penyuluhan. Bila masalah remaja menyangkut bidang alin maka dapat dirujuk pada yang lebih ahli. Misalnya bila remaja merasa ketakutan yang amat sangat dalam menghadapi kehamilan dapat dirujuk kedokter spesialis jiwa atau ke psikolog.
Bimbingan remaja dilakukan melalui organisasi remaja seperti karang taruna , pramuka, organisasi pelajar, mahasiswa dan pemuda.
Perilaku Seksual

A. Definisi
Perilaku seks adalah segala bentuk aktivitas yang muncul berkaitan dengan dorongan seks, dengan atau tanpa melibatkan orang lain. Perilaku seks yang muncul akibat keterlibatan pasangan misalnya berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, petting dan hubungan seks. Perilaku seks yang muncul tanpa melibatkan pasangan adalah masturbasi (Kuswardani dan Risyanti, 2000)
Perilaku seks adalah tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam mulai dari persaan tertarik sampai berkencan, bercumbu dan bersenggama. Obyek seksualnya dapat orang lain, orang dalam khayalan, atau diri sendiri sebagai tingkah laku mereka tidak berdampak apa-apa, terutama jika tidak berakibat fatal dan sosial. Pada sebagai perilaku remaja, dampaknya bisa cukup serius seperti perasaan bersalah depresi (Widjanarko, 1999).

B. Perilaku seksual secara rinci berupa:
1. Berfantasi

Befantasi merupakan perilaku membayangkan dan mengimajinasikan aktivitas seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme. Aktivitas seksual ini dapat berlanjut pada aktivitas seksual lainnya seperti masturbasi dan berciuman.
2. Berpegangan Tangan
Berpegangan tangan tidak terlalu menimbulkan rangsangan seks yang kuat. Namun biasanya muncul keinginan untuk mencoba aktivitas seksual lainnya (hingga kepuasan seksual dapat tercapai) Wahyudi (2000).
3. Ciuman Kering
Ciuman kering adalah aktivitas seksual berupa sentuhan pipi dengan bibir. Dampaknya adalah dapat menimbulkan imajinasi atau fantasi yang disertai dengan meningkatnya keinginan untuk melakukan aktivitas seksual yang lain.
4. Ciuman Basah
Ciumana basah adalah aktivitas seksual yang berupa sentuhan bibir dengan bibir. Ciuman basah dapat menimbulkan sensasi seksual yang kuat dan mengakibatkan dorongan seksual hingga tak terkendali. Orang akan mudah melakukan aktivitas seksual selanjutnya tanpa disadari seperti petting bahkan senggama.
5. Meraba
Meraba merupakan aktivitas meraba bagian-bagian sensitif rangsang seksual, sepeti payudara, leher, paha atas, vagina, penis dan lain-lain. Aktivitas meraba dapat melemahkan kontrol diri sehingga dapat berlanjut ke aktivitas seksual lainnya seperti petting bahkan senggama.
6. Berpelukan
Berpelukan dapat menimbulkan perasaan tegang, aman dan nyaman disertai dengan rangsangan seksual terutama bila mengenai daerah sensitif.
7. Masturbasi
Masturbasi adalah usaha untuk merangsang bagian tubuh sendiri dengan tujuan mencapi kepuasan seksual. Pada laki-laki biasanya dengan merangsang alat genital, sedang pada perempuan lebih beragam biasanya dengan merangsang alat genital, payudara atau tubuh yang lainnya.

8. Petting
Istilah petting secara tradisional digunakan untuk menggambarkan usaha rangsangan bagian tubuh tertentu yang saling dilakukan oleh pasangan, namun tidak sampai pada hubungan seksual. Aktivitas yang termasuk didalamnya adalah ciuman bibir, rangsangan payudara, rangsangan alat genital manual Wahyudi (2000).
9. Intercourse
Intercourse atau hubungan seksual adalah masuknya penis ke vagina yang kemudia memberikan rangsangan sehingga mencapai orgasme.
10. Hubungan seks bebas
Pergaulan bebas merupakan cikal bakal dalam melakukan seks bebas dan menyimpang. Cinta dan seks merupakan masalah terbesar yang mengakibatkan kehamilan usia remaja, pengguguran kandungan, terputusnya sekolah, perkawinan usia remaja dan lain-lain (Gustina, 2005)

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seks remaja yaitu :
1. Faktor Internal
a. Meningkatnya libido seksual
Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual yang membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu (Sarwono, 2004)
b. Perbedaan usia kematangan seksual
Menurut usia kematangan seksual terjadi karena membaiknya gizi sejak masa kanak-kanak dan meningkatnya informasi melalui media massa. Menurut L. Simkins di negara maju rata-rata usia menarche menurun 4 bulan 4 bulan tiap 4 bulan dan akan mencapai titik stabil pada usia 12 tahun 9 bulan. Menurunnya usia kematangan seksual ini akan ditakuti oleh aktivitas seksual pada usia dini ( Sarwono, 2004)
2. Faktor Eksternal
a. Keluarga
Orang tua, baik karena ketidak tahuannya maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan tentang seks dengan anak dan tidak terbuka, cenderung membuat jarak mengenai masalah seksualitas (Sarwono, 2004)
b. Pengetahuan dan sikap terhadap kesehatn reproduksi
Dengan pengetahuan dan informasi faktual yang benar remaja akan ternbantu mengambil sikap yang bertanggung jawab dan terbaik mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksualitasnya.
c. Penyebaran rangsangan seksual melalui media massa
Penyebaran informasi dan rangsangan seksualitas melalui media massa serta adanya teknologi canggih menjadi tidak terbendung lagi (Sarwono, 2004).
d. Lingkungan pergaulan
Proses sosialisasi remaja di lingkungan utama yaitu lingkungan keluarga, lingkungan kampus dan lingkunagn masyarakat. Dimana kelompok teman sebaya memegang peranan penting dalam kehidupan remaja (Ali dan Asrosi, 2004). Remaja ingin diterima dan dipandang sebagai anggota kelompok teman sebaya, baik di sekolah maupun di masyarakat. Maka lingkungan pergaulan yaang dimasuki remaja dapat berpengaruh untuk menekan remaja melakukan hubungan seks, karena keinginan untuk diterima oleh lingkungan pergaulan (Dianawati, 2003).
e. Norma kehidupan yang berkembang dan kontrol sosial di masyarakat
Terkait erat dengan pandangan atau nilai-nilai masyarakat terhadap seks. Makin permisif (serba boleh) nilai-nilai tersebut semakin besar kecendrungan remaja untuk melakukan hal-hal yang melibatkan mereka dalam hubungan fisik (Sarwono, 2004).
PACARAN SEHAT


A. APA SIH PACARAN
• Sarana untuk lebih mengenal dan memahami pasangan kita sebelum jenjang pernikahan berdasarkan kepribadian, kesukaan, karakter, keluarga, teman-teman sekitarnya, hobinya, kelebihan dan kekurangannya
• Suatu proses yang biasanya dilalui seseorang dalam rangka memilih orang lain sebagai pasangan untuk mencoba menyesuaikan diri dengan orang tersebut baik dari segi kekurangan dan kelebihan masing-masing.

B. TUJUAN PACARAN BAGI REMAJA
• Untuk menyalurkan dorongan afeksi/perasaan suka, senang, dan happy
• Gaya hidup (life style)
• Ikut-ikutan
• Rasa bangga
• Rasa malu
• Menyalurkan dorongan seksual ???

C. PACARAN SEHAT
n Saling terbuka dalam berbagi pikiran dan perasaan
n Menerima pasangan apa adanya dilandasi kasih sayang
n Saling menyesuaikan mengenai perbedaan-perbedaan yang ada
n Saling memberikan manfaat satu dengan lainnya
n Saling menjaga kehormatan pasangan
n Memiliki tujuan untuk jangka panjang (pernikahan) dengan syarat siap secara fisik dan mental
n Tidak melibatkan aktivitas seksual
n Sehat secara fisik
n Sehat secara psikis
n Sehat secara sosial-budaya

D. MENUJU KE PACARAN SEHAT
n Komunikasi
merupakan salah satu kunci sukses dalam pacaran. komunikasikan apa yang diinginkan masing-masing dan menyelaraskan tujuan masing-masing. sangat penting untuk membicarakan batasan perilaku seksual dan saling mengingatkan satu sama lain
n Pengambilan keputusan.
Keputusan yang baik dalam pacaran merupakan keputusan bersama dengan mempertimbangkan kepentingan dan tanggungjawab bersama.
n Kesiapan menerima risiko
dari keputusan yang telah diambil, keduanya harus tahu dan siap menerima risiko-risikonya serta mampu mengatasi hambatan-hambatan yang muncul.

E. HAL-HAL PENTING YANG HARUS DIINGAT DALAM PACARAN
Sebaiknya jangan melibatkan perasaan, emosi dan cinta terlalu dalam.
Hindari melibatkan seks dalam hubungan pacaran
Berhati-hati dalam memilih teman sebaya, pilihlah teman yang memiliki nilai-nilai yang baik untuk dianut.
PROMOSI KESEHATAN SEXSUAL
Tujuan Promosi Kesehatan Seksual adalah memperkuat kontribusi HPA untuk perlindungan kesehatan seksual dan kemampuan untuk mengevaluasi dampak intervensi kesehatan masyarakat dan strategi promosi kesehatan untuk mengurangi kedua tingkat perilaku seksual risiko tinggi dan kasus baru HIV dan IMS. The initial objectives will be to develop a framework for the national monitoring of HIV and STI prevention activities and to map local sexual health promotion activities both within and outside of the HPA. Tujuan awal adalah untuk mengembangkan kerangka kerja untuk pemantauan nasional kegiatan pencegahan HIV dan IMS dan memetakan kegiatan lokal promosi kesehatan seksual baik di dalam maupun di luar HPA.
Kesehatan Seksual
Pencegahan kelompok
HIV dan IMS tidak terdistribusi secara merata di populasi Inggris Ada kelompok populasi berisiko tertentu tertular HIV dan IMS.. Di sini kita meringkas data surveilans dan pesan kesehatan yang tepat seksual bagi penduduk yang membutuhkan target pencegahan.
Pencegahan kelompok secara rinci
Young adults are disproportionately affected by sexual ill-health, accounting for more than half of all STIs diagnosed at GUM clinics. orang dewasa muda terpengaruh oleh kesehatan seksual buruk, akuntansi lebih dari separuh dari semua IMS didiagnosis di klinik GUM. Targeted interventions in this age group may result in long-term beneficial behaviour change. Target intervensi dalam kelompok usia ini dapat mengakibatkan perubahan perilaku jangka panjang menguntungkan. 






                                              Pria yang berhubungan sex dengan laki-laki
Cumulatively, the majority of infections reported to the Centre For Infections have occurred through sex between men.This group remains at greatest risk of acquiring HIV infection within the UK. Secara kumulatif, mayoritas infeksi dilaporkan kepada Pusat Untuk Infeksi terjadi melalui hubungan seks antara kelompok men.This tetap yang paling berisiko tertular infeksi HIV di Inggris. There has been no evidence in recent years of a decline in the numbers of new infections in this group. Telah ada bukti dalam beberapa tahun terakhir dari penurunan jumlah infeksi baru di grup ini.





                                                           Pengguna narkoba suntik
Injecting drug users (IDUs) are vulnerable to HIV through the sharing of injecting equipment such as needles and syringes, as well as through sexual transmission. pengguna narkoba suntik (penasun) yang rentan terhadap HIV melalui jarum suntik berbagi peralatan seperti jarum suntik, serta melalui transmisi seksual. The level of HIV infection among IDUs in England and Wales is higher now than at the start of the decade, with around one in 75 IDUs currently infected with HIV. Tingkat infeksi HIV di kalangan penasun di Inggris dan Wales ini lebih tinggi dibandingkan pada awal dekade ini, dengan sekitar satu dari 75 IDU saat ini terinfeksi HIV. 







The UK's black and ethnic minority populations continue to be disproportionately affected by poor sexual health. populasi hitam dan etnis minoritas Inggris terus terpengaruh oleh kesehatan seksual miskin. The groups affected and their experiences of HIV and STIs vary greatly, reflecting the diversity present in the migratory patterns, socio-economic circumstances, and experiences of disadvantage and discrimination in these populations Kelompok-kelompok yang terkena dampak dan pengalaman mereka tentang HIV dan IMS sangat bervariasi, yang mencerminkan keanekaragaman yang ada dalam pola migrasi, situasi sosial-ekonomi, dan pengalaman yang merugikan dan diskriminasi dalam populasi ini 






                                                                          Ibu Hamil
Pregnant women are an important group to target for HIV prevention as early diagnosis and appropriate management reduces mother-to-child transmission and improves the prognosis for the mother. Wanita hamil kelompok penting untuk menargetkan untuk pencegahan HIV sebagai diagnosis awal dan manajemen yang tepat mengurangi penularan ibu-ke-anak dan meningkatkan prognosis bagi ibu. Data from this group can also be used to contribute to understanding HIV in the general population in the UK. Data dari kelompok ini juga dapat digunakan untuk memberikan kontribusi untuk memahami HIV di populasi umum di Inggris. 


 


                                                                           Pekerjaan

Healthcare workers are at increased risk of acquiring bloodborne viruses through exposures to blood and other body fluids in the occupational setting. Petugas kesehatan akan meningkatkan risiko tertular virus melalui darah melalui eksposur dengan darah dan cairan tubuh lainnya dalam pengaturan kerja. The Health Protection Agency collects data on occupational exposures to HIV, hepatitis B surface antigen (HBsAg) and hepatitis C (HCV) positive patients, and all reports where healthcare workers have initiated HIV post-exposure prophylaxis (PEP). Badan Perlindungan Kesehatan mengumpulkan data dalam penyediaan dana pekerjaan terhadap HIV, hepatitis B antigen permukaan (HBsAg) dan hepatitis C (HCV) pasien positif, dan semua laporan di mana pekerja kesehatan telah memulai HIV profilaksis pasca pajanan (PPP).